Kuncishock News – Industri kelapa sawit di Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius, yang disebabkan oleh penurunan harga minyak nabati dunia.
Eddy Martono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), mengungkapkan keprihatinannya tentang kondisi ini dalam sebuah acara Workshop Wartawan Gapki di Bandung.
Menurut Eddy, meskipun volume ekspor kelapa sawit mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2022 pada periode yang sama, nilai ekspor tersebut mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga minyak nabati di pasar global.
Eddy menjelaskan bahwa industri minyak tidak dapat berdiri sendiri, dan harga minyak sangat dipengaruhi oleh harga minyak nabati lainnya.
Ketika terjadi perang Rusia-Ukraina yang memengaruhi pasokan minyak nabati biji bunga matahari, harga minyak nabati naik tajam.
Sebagai respons, Indonesia menghentikan ekspor sawit dalam upaya untuk menstabilkan harga minyak goreng.
Namun, hal ini menyebabkan penumpukan stok buah yang berlimpah, harga jatuh, dan buah busuk di pohon karena tidak dapat dipanen pada waktu yang tepat.
Eddy juga mencatat bahwa pembeli minyak sawit di luar negeri mengetahui bahwa ketika Indonesia menghentikan ekspornya, pemerintah akan kembali membuka ekspor dengan harga yang lebih rendah.
Oleh karena itu, mereka tidak terburu-buru untuk membeli minyak sawit dari Indonesia.
Selain itu, Eddy mengomentari pembentukan bursa CPO (Crude Palm Oil) di Indonesia untuk menentukan harga minyak sawit.
Namun, ia mengingatkan bahwa kebijakan membuat bursa tersebut wajib dapat meningkatkan biaya dan memiliki konsekuensi lain yang perlu dipertimbangkan.
Tantangan dalam industri kelapa sawit ini memerlukan kerja sama dan inovasi dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah dan pengusaha sawit, untuk menjaga keberlanjutan industri ini dalam menghadapi perubahan harga dan isu-isu lingkungan yang terkait.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan bahwa kondisi industri kelapa saat ini tidak dalam kondisi yang baik.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kondisi ini adalah penurunan harga minyak nabati dunia.