Kiat Ahli: Hindari Ucapan Ini Saat Berbicara dengan Anak

Berita326 Dilihat

Menyediakan pendidikan emosional yang baik bagi anak-anak adalah upaya penting dalam membentuk generasi yang cerdas secara emosional dan siap menghadapi masa depan.

Dr. Caroline Leaf, seorang ahli saraf klinis, menjelaskan bahwa komunikasi yang mendukung sangat penting dalam proses ini.

Salah satu hal yang perlu dihindari adalah mengucapkan kalimat-kalimat yang dapat merendahkan rasa percaya diri anak.

Sebagai seorang ahli saraf, ibu, dan penulis, Leaf mengungkapkan bahwa respons orang tua terhadap perasaan anak memiliki dampak besar pada cara anak-anak memahami dan merespons kehidupan.

Oleh karena itu, berikut adalah lima kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan kepada anak-anak:

 

“Kamu sangat jahat.”
Mengatakan ini saat anak merasa terluka atau kebingungan dapat menyebabkan mereka kehilangan identitas dan mengalami perasaan malu.

Hal ini bisa berujung pada masalah kesehatan mental jika tidak ditangani dengan baik. Lebih baik menggambarkan situasi yang terjadi dengan lebih bijaksana dan memberikan dukungan.

Yang seharusnya diucapkan: “Saya melihat bahwa kamu merasa frustrasi dan melakukan hal-hal yang biasanya tidak kamu lakukan. Apakah saya bisa membantu kamu memahami apa yang sedang terjadi?”

 

“Kamu bereaksi berlebihan!”
Menyampaikan bahwa anak bereaksi berlebihan terhadap sesuatu yang mereka rasakan bisa merusak hubungan dan memblokir komunikasi.

Daripada mengabaikan perasaan mereka, lebih baik berbicara dengan tenang dan memberikan waktu bagi anak untuk menyampaikan perasaannya.

Yang seharusnya diucapkan: “Saya perlu waktu untuk merenungkan apa yang kamu katakan. Mari kita beristirahat sejenak dan bicarakan lagi nanti.”

 

“Itu tidak terlalu buruk. Kamu pasti bisa mengatasinya.”
Mengabaikan emosi yang dirasakan anak dapat membuat mereka merasa tidak dihargai dan salah.

Lebih baik mendengarkan dan menunjukkan empati terhadap perasaan mereka.

Baca juga  Volkswagen Caddy eHybrid spotted in spy photos

Yang seharusnya diucapkan: “Saya mendengarkan kamu. Rasanya sulit, ya? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu?”

 

“Berhentilah menangis!”
Menangis adalah cara alami bagi anak untuk mengatasi emosi. Melarang mereka menangis hanya akan memblokir mekanisme penting ini.

Sebagai gantinya, tawarkan dukungan dan bantu mereka dalam mengatasi emosi.

Yang seharusnya diucapkan: “Apakah kamu ingin aku memeluk kamu dan menenangkanmu?” atau “Mungkin kamu ingin berjalan-jalan?”

 

“Karena aku bilang begitu.”
Memberikan penjelasan dan alasan kepada anak ketika menetapkan batasan adalah langkah yang lebih baik daripada memberikan perintah tanpa penjelasan.

Ini membantu anak memahami dunia dan mengembangkan kemampuan berpikir logis.

Yang seharusnya diucapkan: “Aku tidak ingin kamu memanjat pohon itu karena bisa berbahaya. Kamu bisa jatuh dan terluka.”

Penting bagi orang tua untuk mendekati komunikasi dengan rasa ingin tahu dan empati.

Memahami perasaan anak dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan dapat membantu mereka mengembangkan kematangan emosional dan menjadi individu yang lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com